Saturday, December 31, 2016

Ketika mata bertemu mata...

Ada sebuah rasa yang bergolak: kasih bercampur segelintir nafsu. Membludak bak lava di dalam bumi. Tapi sekonyong-konyong tersekap rapat. Sebab tak boleh terbebas. Sebab dewa-dewa akan murka dan hantu-hantu akan mati. Sebab benang-benang kehidupan akan putus terkikis.

Ada jeda yang begitu adiktif. Seperti sari-sari dedaunan ganja yang merayu setiap bulir darah dalam nadi. Menari dalam dimensi kedap waktu dan cahaya. Sunyi tanpa tempo sekalipun. Betapa misterius. Siapa gerangan pencipta ruang seagung ini? Menembus seribu satu tahun masa penantian yang terombang-ambing. Mengapa harus ada...

Rasa itu menguap. Menyebar. Menjadi samudra kabut nan tebal. Oleh hukum-hukum fiksi yang tak akan pernah terumuskan oleh otak-otak fana, aku menjadi satu denganmu. Sama rasa, sama jiwa. Dan betapa bahagianya hati ini ketika kau melepaskan embun-embun cinta dalam luasnya atmosfir rasamu. Lalu akan kuhirup dalam-dalam. Memenuhi setiap rongga paru-paruku. Bercampur darah dan tulangku.

Ketika mataku menjamah matamu. Terbuailah aku.